Sebagai Anak, utamakan Kebaktian.
Kebaktian dan Ketaatan adalah bersatu dan bersambung.
Jangan-lah menyebabkan Ayah dan Ibu menjadi susah dan marah ;
Berbuat-lah sesuatu agar Beliau menjadi riang dan senang.
Sebagai Anak, wajib melayani kecukupan sandang dan pangan,
memelihara Beliau jangan sampai kedinginan dan kelaparan.
* * *
Jika Beliau menderita sakit, sediakan-lah obat-obatan,
demikian pula sebagai Anak,
patut mengolah obat sendiri disamping merasakan
sebelum dihidangkan ke hadapan Beliau.
Siang malam tekun melayani, senantiasa memelihara disamping-nya.
* * *
Bilamana Anda berbakti, niscaya kelak Anak Anda akan berbakti pula.
Hal ini dapat dilihat pada tangga depan Istana,
bukan-kah setitik setetes saling sambung menyambung ?
* * *
TAI SUN penuh Kebaktian dalam hidup-NYA,
sehingga pada akhir-nya dikaruniakan takhta Kekaisaran
oleh Kaisar TONG GIAUW.
Demikian pula dengan “24 KEBAKTIAN” pada zaman TIONGKOK PURBA,
ternyata mempunyai makna yang Maha cukup dan Maha sempurna.
* * *
Semoga hidup si Anak tidak memelihara dan melayani Sang Ayah Ibu.
Setelah wafat barulah ber-Sembahyang ke hadapan Roh Beliau,
Ini adalah sebagai Anak durhaka !
Anda mengetahui apakah akibat-nya ?
Mengundang dosa dan bencana ;
Menyebabkan gigitan macan, ular dan penyakit saling mengitari ;
Mengakibatkan derita bui dan hukuman saling mengisi ;
Mendatangkan bencana air dan api sungguh menyedihkan ;
Atau pula terdesak menggantung diri dan mengirat oleh keracunan pisau………..
Orang yang tiada berbakti ditimpa banyak ragam penderitaan !
Oleh karena itu, cepat-cepat-lah bertobat !
Sedikit pun jangan sampai terlambat.
* * *
Dalam Dunia ini, siapakah yang tiada berdosa dan bersalah ?
Asalkan suka bertobat sendiri,
pada akhir-nya akan dapat mencapai tingkatan NABI dan BUDIMAN pula.
Sebaliknya seseorang yang tiada berbuat dosa dan salah,
demikian melaksanakan Ketulusan dan kewaspadaan,
akan senantiasa berhasil baik dan sempurna.