BAB KE-5


DEWA         BING YONG          
sebagai PENGUASA LANGIT dan BUMI.


DEWA         POU CIAUW         
sebagai PENGUASA SURYA dan BULAN.


DEWA         BENG LANG         
sebagai PENGUASA RASI dan BINTANG.


BINTANG     HWIE TO              
sebagai PENGUASA MEGA dan KABUT.


DEWA         WIE LIAK              
sebagai PENGUASA GUNTUR dan KILAT.


BINTANG     RAU RANG           
sebagai PENGUASA BADAI dan HUJAN.


BINTANG     PIAN TONG          
sebagai PENGUASA EMBUN BEKU dan SALJU.


DEWA         CING TIT              
sebagai PENGUASA BAJIK dan BURUK.


DEWA         TIONG GIE           
sebagai PENGUASA BUDI dan DOSA.


DEWA         KAM YING            
sebagai PENGUASA SADAR dan SESAT.


DEWA         CU SIANG             
sebagai PENGUASA HIDUP dan SAKIT.


DEWA         KIAP LO                
sebagai PENGUASA PASIR dan BATU.


DEWA         NGO OUW           
sebagai PENGUASA SUNGAI dan SAMUDRA.


DEWA         THEK KAK             
sebagai PENGUASA GUNUNG dan GANANG.


BINTANG     KIAT HWA            
sebagai PENGUASA AIR dan ES. 


BINTANG     HWAT YOK           
sebagai PENGUASA TUNAS dan DAUN.


BINTANG     KIAUW MOI         
sebagai PENGUASA BUNGA dan BUAH. 


BINTANG     YAK HWIE                        
sebagai PENGUASA PADI dan PALAWIJA.


BINTANG     LIAK TIOK             
sebagai PENGUASA HEWAN dan BURUNG.


BINTANG     YONG YAUW        
sebagai PENGUASA IKAN, UDANG, KEPITING dan KURA-KURA.


BINTANG     CHAN RAO           
sebagai PENGUASA SEGALA SERANGGA.


BINTANG     BUN CHIANG       
sebagai PENGUASA TULISAN dan HURUF.


BINTANG     BU GO                  
sebagai PENGUASA LASKAR dan MEDAN PERANG.


DEWA         GIAUW CUI          
sebagai  PENGUASA KERAJINAN.




Setelah PARA BINTANG mendengarkan Titah itu, 

lalu kembali-lah ke tempat-nya masing-masing. 

Pada seketika itu, terjadi-lah penjelmaan nan penuh asing. 

Menyembah sujud kehadirat PARA DEWA dan PARA NABI nan tiada limit, 

adalah sebagai Budi-Jasa yang tak ternilai baik-nya.


* * * 



TEU KOU ONG THIAN KUN penuh hormat 

menerima Titah dari KWAN SING TEE KUN, 

RAJA MUDA “HAN SIU TENG” dari Kerajaan HAN.



TAI TEE atau TEE KUN BERSABDA :


TEE KUN pernah menguraikan 

bahwa Sang Surya berada di atas Langit 

dan sang batin bersemayam di dalam raga.



Bagi sang batin itu adalah mutlak sebagai pokok dasar dari selaksa hal ihwal. 

Demikian pula dengan NGO SIANG dari Dharma KONG HU CU 

dan SAM PO dari Dharma TAO – BUDDHA, 

kedua-dua-nya terlahir dari sang batin itu sendiri. 

Kesayangan tiada lebih besar bila dibandingkan dengan Kesetiaan dan Kebaktian ; 

Keadilan tiada lebih besar bila dibandingkan dengan Kesucian dan Kesatriaan. 

Namun kesayangan dan Keadilan mutlak menduduki sebagai pokok utama 

atau pokok dasar dari NGO SIANG.


* * *



Dalam hal ini perlu Anda ketahui, bahwa khusus perihal :  

PARA NABI ikut menolong Kebaikan bagi Makhluk yang tumbuh dalam wet Alam ; 

PARA DEWA BUDDHA menolong kesadaran 

bagi Makhluk yang sesat dalam kesesatan. 

Adalah sebagai menjunjung tinggi atas Budi-Kebaikan yang telah tertuang dalam kalimat di atas.


* * *



Sejak tercipta-nya Langit dan Bumi, 

dalil MAHA KOSONG dan MAHA ADA secara mutlak menyimpan Kebenaran. 

Sejak dulu hingga kini, senantiasa menyinari Bumi semesta. 

Mengenai terlahir-nya Para Kaisar dan Raja 

serta PARA NABI, BUDIMAN, DEWA dan BUDDHA, 

Kemudian dengan tercipta-nya ribuan bahkan laksaan KITAB SUCI itu, 

sebenarnya hanya terang dan nyata pada kodrat dalil semata, 

sehingga dapat membawakan kesuksesan dalam hal tersebut.


* * *



TEE KUN bersemayam di dalam Istana CU BI. 

Berjiwa tulus bagaikan sang api.

            

Sang api senantiasa memancarkan sinar yang terang benderang, 

maka itu disebut-lah DEWA BUN CHIANG ; 

Demikian pula sang api senantiasa memiliki sifat yang keras dan kuat, 

maka itu disebut-lah DEWA BU GO. 

DEWA BUN CHIANG berpegang pada kesayangan, 

dan kesayangan itu menduduki tempat utama bila dibandingkan dengan Kesetiaan dan Kebaktian ; 

Sedangkan DEWA BU GO berpegang pada Keadilan 

dan Keadilan itu menduduki tempat utama bila dibandingkan dengan Kesucian dan Kesatriaan. 


* * *



Barang siapa dengan menjunjung tinggi atas Budi Kebaikan 

hingga sampai abad ke abad, 

maka semua itu dapat disebut NABI, atau BUDIMAN, atau DEWA, atau pula BUDDHA. 


* * *


Dalam Istana CU BI, ada SIANG namun tiada MALAM ; 

Ada YANG namun tiada IM ; 

Dan mutlak tiada apa yang disebut LOGIS.


* * *



Semenjak masa CIAN KOK zaman CIU, 

TEE KUN dilahirkan sebagai JURU PENOLONG 

untuk menolong Umat Dunia, 

maka menjadi kewajiban untuk berjiwa Amal 

dan berharap agar Umat Dunia senantiasa baik. 

Demikian diturunkan-lah KITAB SUCI THO WAN sebagai khotbah SIAN SIN.


* * *



Namun Para Insan di dalam Dunia ini ; 

selalu tiada berjiwa jujur dan berhati lurus. 

Membaca ujar-ujar TEE KUN Yang umum itu, 

tiada-lah mengatakan “Seorang NABI tiada menulis kata congkak” ; 

Hanya-lah mengatakan “Seorang NABI tiada menulis kata sederhana”. 

Aduhai Umat-ku sekalian ! 

Apakah perlu pula TEE KUN menyusun ulangan dari NGO KENG ? 

Yang hanya dapat dibaca melulu oleh Umat sekalian.


* * *



Demikian pula pada masa kini, 

Orang-orang yang tergolong sebagai cerdik pandai masih ada pula melakukan protes terhadap-nya. 

Dalam hal ini, 

berhubung Para CIU CU amat tekun membaca Ajaran TEE KUN, 

maka TEE KUN memberikan keterangan yang jelas dan terang. 

Bilamana masih ada pula Orang-orang yang suka mempermainkan Ajaran TEE KUN, 

bagi yang ringan, TEE KUN titah-kan PENGUASA BUN HWI untuk memusnahkan ; 

Bagi yang berat, TEE KUN titah-kan CIU CIANG KUN untuk menyembelih. 

Justru itu bertobat-lah dengan segera !

           
* * *



TEE KUN bersabda :


Langit dan Bumi tiada memilih kasih. 

Sedangkan bajik dan buruk amat terang dan nyata. 

Siapa yang mentaati HUKUM KETUHANAN akan mencapai kehidupan, 

Siapa yang melanggar HUKUM KETUHANAN akan mencapai kemusnahan. 

PARA DEWA mendirikan Dharma di Dunia, 

sesungguhnya berlandaskan perihal ini untuk menyebarluaskan.

           
* * *



TEE KUN menerangkan kalimat BENG SING KENG sebagai berikut :


Kalimat KENG, Yang disebut KENG adalah “Senantiasa”, 

yang diuraikan tiada lain adalah pokok dasar dan kehidupan Manusia. 

Bilamana senantiasa menjalankan wet Kebenaran, 

maka wet Kebenaran itu akan senantiasa tersebar sampai se-laksa abad.



Para Umat Manusia hendak-nya menghormati pada lahir dan batin, 

Senantiasa tiada lupa akan pokok Budi Kebajikan ; 

Senantiasa menjalankan Kebaktian dan Kerukunan. 

Bilamana suka menghormati sang batin, 

niscaya tidak akan berbuat kelobaan dan kemesuman.


* * *



Kalimat SING. Yang disebut SING adalah “Terang dan Nyata”, 

yang dapat menerobos ke atas Langit 

dan memberi penerangan bagi kehidupan Makhluk dalam Hukum Alam, 

yang berabad-abad menegakkan Kesetiaan dan Keadilan. 

Mengenal PARA NABI dan DEWA yang telah hidup berabad-abad, 

demikian pula PARA SEKALIAN NABI, 

kesemuanya itu sesungguhnya mengikuti wet Kebenaran yang sama.


* * *



Kalimat BENG. Yang disebut BENG adalah “Terang”, 

bagaikan Sang Surya dan Sang Bulan, 

yang menyinari seluruh Langit dan Bumi, 

yang menyoroti segala benda di atas Bumi. 

Ini-lah sesungguhnya membuat batin TEE KUN selalu dalam keadaan terang benderang. 

Demikian pula pada keadaan hati hendak-nya selalu dijaga bersih, 

selalu dipelihara baik agar mengkilap bagaikan kaca pusaka.


* * *


SENANTIASA TERANG-LAH HATI-MU DAN LUHUR-LAH BUDI-MU ! 

Demikian-lah akan TEE KUN namakan BENG SING KENG.


* * *



TEE KUN menerima firman dari GIOK TEE YANG MAHA KUASA 

untuk menyusun KITAB SUCI THO WAN BENG SING KENG. 

Pada mula-nya TEE KUN menurunkan wahyu impian 

yang berisikan tulisan KITAB SUCI ini kepada seorang Bhiksu, 

yang kala itu tertidur di dalam Biara GIOK CWAN. 

Demikian setelah terbangun, 

mulai-lah sang Bhiksu itu menuturkan dan menyebarkan.


* * *



Di dalam isi 

KITAB SUCI MUKJIZAT KWAN SING TEE KUN THO WAN BENG SING KENG, 

kalimat terdepan adalah “HAN HAN ………..”. 

HAN muka sebagai kata pengganti, 

yang dimaksudkan adalah “Dinasti HAN BESAR”. 

Selanjutnya kalimat “HAN SIU TENG” adalah menunjukkan sebuah nama tempat.

           
* * *



Pada kalimat muka, 

“Siapa suka membakar HIO dan membaca nyaring KITAB SUCI ini, ……………………….” 

adalah mukjizat dari KITAB SUCI ini, 

pula sebagai Amanat TEE KUN, 

yang dimaksudkan agar Para Insan dapat tergerak hati nurani-nya.


* * *



Pada kalimat tengah, 

“TEE KUN penuh inti Kesetiaan yang dapat menerobos Surya dan Bulan ; 

Penuh daya Keadilan yang dapat menembus Langit dan Bumi”. 

adalah seperti yang dimaksud 

“Memberi Kesempurnaan bagi Langit dan Bumi” dalam KITAB BING CU.


* * *



Selanjutnya kalimat 

“TEE KUN bermuka merah……… berjenggot panjang …………….” 

adalah seperti yang diartikan 

“Berjiwa Besar dan Bertubuh Kuat” dalam KITAB TAI HAK, 

atau bagaikan tersebut “Bermuka Seri dan Bertubuh Keker” dalam KITAB BING CU.


* * *



Dalam penguraian tentang Ajaran-inkarnasi itu, 

sebenarnya di dalam Dharma KONG HU CU tiada pernah disebut-sebut, 

hal mana tiada seperti dalam Dharma BUDDHA dan Dharma TAO. 

Mengenai keajaiban dalam Ajaran inkarnasi itu bukan-lah tiada terbukti ! 

Anda sekalian boleh coba memeriksa – kejadian yang telah berlangsung sejak dulu hingga kini, 

misalnya dengan : Kesurupan roh halus ; 

Penjelmaan sukma halus, Penyihiran benda halus ……. 

Bukan-kah tiada sedikit atas kejadian itu ! 

Begitu pula dengan kalimat “LIAK KOK”, Dinasti TONG dan SUNG…….” 

dalam KITAB SUCI ini, 

sesungguhnya nyata dan tiada dusta. 

Hal ini dapat pula Anda sekalian memeriksa dan mencocokkan.


* * *


           
Pada Bab Ke-4 dalam KITAB SUCI ini, 

TEE KUN menguraikan tentang KESETIAAN, KEBAKTIAN, KESUCIAN dan KESATRIAAN.


* * *



Dalam kalimat KESETIAAN, 

TEE KUN menganjurkan agar Para Abdi Negara 

baik yang tergolong bagian BUN Kesastraan 

ataupun yang tergolong bagian BU Kemiliteran, 

seharusnya suka menjadikan Bab KESETIAAN tersebut 

sebagai Undang-undang yang harus dipatuhi.


* * *



Pada zaman TIONGKOK KUNO, 

sang BUDIMAN yang memegang teguh akan Kesetiaan 

hingga sampai bertahan tiga temurun ke atas, 

tiada lain adalah sang Patih GUEI LIONG dan IE KAUW

kedua-duanya berasal dari Dinasti IE PURBA.


* * *



Dalam kalimat KEBAKTIAN, 

TEE KUN menganjurkan agar Para Anak suka mewajibkan diri 

untuk melakukan Kebaktian. 

Seperti pada siang malam 

yang senantiasa tekun memelihara sandang pangan terhadap Ayah dan Ibu 

dan melayani Beliau bila jatuh sakit, 

sang BUDIMAN itu tiada lain 

adalah Kaisar BUN ONG dari zaman CIU

Demikian pula bagaikan tetesan air 

yang akhir-nya akan kembali lagi pada sumber asal-nya……..


* * *



Bagi siapa yang melakukan Kebaktian dengan terus menerus, 

maka Cucu-nya kelak akan melahirkan Anak yang baik, 

sehingga Anak dan Cucu akan dapat saling melindungi dan memelihara. 

Dalam hal ini, sesungguhnya yang menjadi sumber asal-nya tiada lain 

adalah Kaisar TAI SUN dari zaman TONG PURBA.


* * *


Membicarakan tentang “24 KEBAKTIAN” 

pada zaman TIONGKOK PURBA, 

sejak dulu hingga kini senantiasa terang berkilau bagaikan Surya dan Bulan ; 

Senantiasa menggerakkan Langit dan Bumi, 

Senantiasa menggetarkan IBLIS dan DEWA ….. 

“24 KEBAKTIAN” itu benar-benar bukan tiada terbukti kenyataan-nya !


* * *



Dalam kalimat KESUCIAN, 

TEE KUN menganjurkan agar Para Insan suka menjalankan Kesucian. 

Kesucian itu pada KITAB CIU LEE ditentukan dalam LAK KIK, 

sebenarnya terlahir dari kalimat KEADILAN. 

Oleh karena itu, 

bila terdapat siapa-siapa yang menjalankan Kesucian, 

sering kali dicaci maki oleh Para bodoh dan sesat. 

Dalam Bab KESUCIAN, TEE KUN ada pula mengutarakan 

“….. tidak makan barang bersyarat” dan “….. tidak minum sumber curian…..” 

dari satu contoh ini, 

sebenarnya telah mencakup tentang corak Kesucian.

           
* * *



Dalam kalimat KESATRIAAN

TEE KUN menganjurkan agar Para Umat suka menegakkan Kesatriaan. 

Kesatriaan itu bagaikan pohon bambu yang mempunyai buku keras. 

Demikian pula bagaikan Surya Bulan yang mempunyai sistem kodrat. 

Jikalau pohon bambu tiada mempunyai buku keras, 

akibat-nya akan lahir kacau diri ; 

Demikian pula jikalau Surya Bulan tiada mempunyai sistem kodrat, 

akhir-nya akan timbul balau diri. 

Sejak dulu hingga kini, 

barang siapa yang telah mengenggam teguh besar Kesatriaan, 

sebenarnya ia sendiri-lah yang telah mendekati atas pencurahan terhadap Keadilan.


* * *



Pada kalimat terakhir, 

TEE KUN mengutuskan PARA DEWA untuk memeriksa 

demikian-lah agar DEWA SEKALIAN 

cepat-cepat menjunjung tinggi apa-apa yang telah dititahkan oleh TEE KUN.


* * *



Dengan menyelesaikan KITAB SUCI THO WAN BENG SING KENG ini, 

demikian pula TEE KUN telah mencurahkan segala hati kasih kepada Umat Dunia sekalian.



Dalam KITAB SUCI THO WAN BENG SING KENG, 

Bilamana terdapat Para Insan mengatakan ujar-ujar TEE KUN penuh kecongkakan, 

TEE KUN tidak akan menolak-nya ; 

Bilamana terdapat pula Para Insan mengatakan ujar-ujar TEE KUN penuh kesederhanaan, 

TEE KUN tidak akan menolak-nya pula.  

Sebenarnya TEE KUN hanya mendambakan 

agar Para Insan sudi melakukan dasar-dasar dari Ajaran KITAB SUCI tersebut, 

kendati pun telah disebut-sebut penuh kecongkakan dan kesederhanaan. 

Kemudian diteliti satu demi satu Ajaran TEE KUN tersebut 

untuk dipercayakan di dalam hati, 

dan memeriksa kesunyataan yang baik 

untuk maju selangkah memasuki ke arah jalan Kesucian. 

Hal ini tak kan dicela pula oleh TEE KUN, 

bahkan membuat TEE KUN suka dan riang.


* * *



TEE KUN memberikan ujar-ujar ini kepada TAI LENG KOAN THIAN CUN 

untuk disebarluaskan ke jagat raya. 

Dengan ini TEE KUN mengisahkan dan memberitahukan 

kepada CIU CHAI JIN dan lain-lain : 

“Dipadukan satu hati dengan Ajaran ini 

dan disatukan pula hati berisi dengan hati yang lain” ; 

“Sang batin bersemayam di dalam raga 

dan sang Surya berada di atas Langit”.


* * *



Para Umat sekalian ! 

Hormati-lah pada 

KITAB SUCI KWAN SING TEE KUN THO WAN BENG SING KENG ini, 

jangan-lah sekali-kali mengejek.


* * * 



KAI THIAN KHOUW HUT CIAUW BENG I HAN TAI THIAN CUN


Mengucapkan 3 (tiga) jurus atas Nama Kebesaran tersebut



* * * TAMAT * * *